Konsultan PT Tri Marga Rekatama Sunaryo mengatakan ada kemungkinan
pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 menabrak Gunung Salak saat melakukan
demo-flight kedua menuju Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Ia tidak memungkiri hal tersebut. Pasalnya, ketinggian puncak Gunung Salak diketahui mencapai 7.253,93 kaki (2.211 meter) sementara ketinggian terakhir pesawat SSJ 100 yang diminta oleh pilot menurun dari 10.000 kaki (3.048 meter) menjadi 6.000 kaki (1.828,8 meter).
"Ketinggian Gunung Salak itu sekitar 7.000 (kaki). Dia (pesawat SSJ 100) dalam kontak terakhir 'request' untuk descent (ketinggian) dari 10.000 ke 6.000 kaki. Descent itu menurun. Apakah (penurunan ketinggian) itu sesudah atau sebelum puncak gunung, itu yang kita tidak tahu," kata Sunaryo sembari mencontohkan pesawat menabrak gunung dengan tangannya, Kamis (10/5) dini hari.
Ia menjelaskan, dalam ketinggian 6.000 kaki, kabut akan menyelimuti pandangan mata. Akibatnya, pesawat harus turun lagi ke ketinggian 4.000 kaki (1.219,2 meter) agar dapat melihat dengan jelas dan tidak terhalang kabut.
Namun demikian, ia tidak mau menyimpulkan apapun. "Nanti fakta di lapangan dan KNKT yang bisa menyimpulkan penyebabnya."
Ketika ditanya mengenai teknologi di dalam pesawat SSJ 100, Sunaryo tidak bisa bercerita banyak. Ia bahkan terlihat gagap saat mediaIndonesia.com menanyakan teknologi peta topografi dalam pesawat tersebut.
"Mestinya sudah ada ya. Dia tidak akan gegabah, mestinya sudah ada," ujarnya.
Mengenai kesimpangsiuran daftar manifes penumpang, Sunaryo mengatakan bahwa daftar riil ikut terbawa staf PT Tri Marga Rekatama di dalam pesawat.
"Tadi kebetulan dari PT kami ada yang ikut terbang. Termasuk data manifest itu dibawa dia. Data siapa yang ikut di sana. Semua data hilang dibawa dalam pesawat," tukasnya.
Pesawat SSJ 100 hilang kontak dalam demo flight kedua. Pesawat lepas landas pada Rabu (9/5), pukul 14.12 WIB dan hilang kontak pada pukul 14.33 WIB.
Sebelumnya, pesawat telah melakukan demo flight pertama selama kurang lebih 45 menit dan penerbangan kedua baru 21 menit sebelum akhirnya kehilangan kontak.
Dalam keadaan bahan bakar penuh, pesawat tersebut dapat bertahan di udara selama kurang lebih 5 jam. Artinya, saat lepas landas untuk penerbangan kedua, pesawat tersebut hanya dapat bertahan selama 3 jam 54 menit di udara dengan bahan bakar tersisa.
Delapan kru dan tidak kurang dari 42 penumpang yang merupakan calon pembeli pesawat tersebut dinyatakan hilang sejak kemarin sore. Posisi terakhir sesuai dengan koordinat yang tercatat, posisi pesawat berada di sekitar desa Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. (metronews.com)
Like disini ^_^
Ia tidak memungkiri hal tersebut. Pasalnya, ketinggian puncak Gunung Salak diketahui mencapai 7.253,93 kaki (2.211 meter) sementara ketinggian terakhir pesawat SSJ 100 yang diminta oleh pilot menurun dari 10.000 kaki (3.048 meter) menjadi 6.000 kaki (1.828,8 meter).
"Ketinggian Gunung Salak itu sekitar 7.000 (kaki). Dia (pesawat SSJ 100) dalam kontak terakhir 'request' untuk descent (ketinggian) dari 10.000 ke 6.000 kaki. Descent itu menurun. Apakah (penurunan ketinggian) itu sesudah atau sebelum puncak gunung, itu yang kita tidak tahu," kata Sunaryo sembari mencontohkan pesawat menabrak gunung dengan tangannya, Kamis (10/5) dini hari.
Ia menjelaskan, dalam ketinggian 6.000 kaki, kabut akan menyelimuti pandangan mata. Akibatnya, pesawat harus turun lagi ke ketinggian 4.000 kaki (1.219,2 meter) agar dapat melihat dengan jelas dan tidak terhalang kabut.
Namun demikian, ia tidak mau menyimpulkan apapun. "Nanti fakta di lapangan dan KNKT yang bisa menyimpulkan penyebabnya."
Ketika ditanya mengenai teknologi di dalam pesawat SSJ 100, Sunaryo tidak bisa bercerita banyak. Ia bahkan terlihat gagap saat mediaIndonesia.com menanyakan teknologi peta topografi dalam pesawat tersebut.
"Mestinya sudah ada ya. Dia tidak akan gegabah, mestinya sudah ada," ujarnya.
Mengenai kesimpangsiuran daftar manifes penumpang, Sunaryo mengatakan bahwa daftar riil ikut terbawa staf PT Tri Marga Rekatama di dalam pesawat.
"Tadi kebetulan dari PT kami ada yang ikut terbang. Termasuk data manifest itu dibawa dia. Data siapa yang ikut di sana. Semua data hilang dibawa dalam pesawat," tukasnya.
Pesawat SSJ 100 hilang kontak dalam demo flight kedua. Pesawat lepas landas pada Rabu (9/5), pukul 14.12 WIB dan hilang kontak pada pukul 14.33 WIB.
Sebelumnya, pesawat telah melakukan demo flight pertama selama kurang lebih 45 menit dan penerbangan kedua baru 21 menit sebelum akhirnya kehilangan kontak.
Dalam keadaan bahan bakar penuh, pesawat tersebut dapat bertahan di udara selama kurang lebih 5 jam. Artinya, saat lepas landas untuk penerbangan kedua, pesawat tersebut hanya dapat bertahan selama 3 jam 54 menit di udara dengan bahan bakar tersisa.
Delapan kru dan tidak kurang dari 42 penumpang yang merupakan calon pembeli pesawat tersebut dinyatakan hilang sejak kemarin sore. Posisi terakhir sesuai dengan koordinat yang tercatat, posisi pesawat berada di sekitar desa Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. (metronews.com)
Like disini ^_^